Minggu, 09 Februari 2014

Kekuatan Pertama

Ini bukan tentang pacar pertama atau pandangan pertama. Tapi lebih dari itu. Ini tentang persahabatn, kasih sayang, dan keyakinan. Semuanya.

 

Hari Sabtu minggu lalu, selesai saya menonton drama korea "God of Study". Sudah lama kawan dari sekolah menengah atas saya merekomendasikannya. Isinya tentang 5 orang yang masuk kelas spesial agar dapat masuk universitas yang bagus. Belajar bersama. Mengalahkan rasa takut dan saling menguatkan. Meyakinkan diri untuk berubah melalui tempat yang tidak bisa diyakinkan dapat berubah disana. Keterpaksaan, semangat, kebencian, persahabatan dan cinta tidak bisa dibedakan lagi. Bukan, saya menulis ini bukan untuk menceritakan drama korea itu. Saya menulis ini untuk membagi perasaan saya selama sekolah yang muncul kembali setelah menonton drama korea tersebut.

Drama tersebut tidak jauh berbeda dengan kami. 21 orang berkumpul di 1 kelas selama waktu yang lumayan lama. Dari yang terpaksa masuk hingga percaya kelas ini membawa keberuntungan untuk kedepan, walaupun seperti yang saya bilang di awal, kelas kami belum bisa diyakinkan bs merubah semua. Kelas kami, kelas pertama kali dibuat seperti kelas spesial. Istilah pertama itu yang membuat kami beda dengan adik tingkat kami. Adik tingkat kami tidak kenal rasa ragu atau mungkin tdk kenal rasa tertekan yang berasal dari kata pertama tadi. Walaupun ada yang mundur dari istilah pertama, bahkan saya hampir mundur. Tapi ada kekuatan pertama, siapa yang berhasil mengambilnya, bisa mengubah pemikiran tentang menghadapi hidup.

Belajar bersama, bukan hanya belajar pelajaran yang diajarkan sama di semua sekolah, tapi ditambah belajar tentang kehidupan. Dimulai dari pelajaran keyakinan diri; meyakinkan kepercayaan, meyakinkan pilihan, meyakinkan masa depan. Dilanjutkan pelajaran dari kata-kata negatif; keterpaksaan, tekanan, penghinaan, berubah jadi kata-kata positif dgn bantuan senjata berupa persahabatan, support dan senyum. Diakhiri dengan pelajaran tentang rasa ikhlas, rasa menerima semuanya.

Masuk kelas yang dianggap spesial, tidak langsung membuat orang berkata kami pintar. Ada pembuktian didalamnya. Belajar, belajar, belajar. Wajib untuk kami. Tulis, kerjakan, rasakan, pikirkan. Sudah menjadi sebuah hobi. Nilai, perlombaan, kebersihan kelas, tingkah laku, universitas yang bagus menjadi tolak ukur yang 'harus' kami jadikan untuk menentukan nilai kelas kami.

Masuk kelas yang dianggap spesial, tidak langsung membuat orang berkata kami pintar. Beribu orang, dari pihak seumur hingga pihak yang lebih berumur menekan dengan berbagai rasa dan cara untuk memundurkan kami. Masalah sepele mulai dari duduk di kursi sampai masalah tata krama yaitu mengucapkan salam kepada semua pengajar menjadi kami belajar bahwa masalah dihadapi dengan kebahagiaan.

Masuk kelas yang dianggap spesial, tidak langsung membuat orang berkata kami pintar. Dikucilkan sudah biasa untuk kami. Tatapan sinis, dihina, tidak dipercaya, sudah seperti makanan ringan bagi kami. Bukan sekali kata-kata yang menjatuhkan keluar dari mulut-mulut org diluar pihak kami. "Biarin aja. Mereka iri gak kayak kalian". Kata penenang yang lumayan pamungkas dari pihak yang percaya kami.

Masuk kelas yang dianggap spesial, tidak langsung membuat orang berkata kami pintar. Ya, kami memang bukan orang yang pintar. Tapi kami orang yang belajar untuk menjadi pintar. Walaupun batasan pintar itu kadang tidak terlihat.

Didalam drama korea ini, ada scene yang menunjukkan persahabatan siswa-siswanya. Saling melindungi, saling berbagi, saling mengingatkan dan yang paling penting, Saling Menguatkan. Saling menguatkan dari semua masalah. Rasa letih belajar, percikan perpisahan, kecurangan, tekanan dari semua titik, bahkan putus cinta sekalipun bisa menghilang karena kekuatan dan kebersamaan kami. 

Nilai dan universitas bagus 'seakan akan' harga mati untuk kami dapatkan. Belajar, lagi-lagi belajar yang bisa membuat kami bisa berjalan dengan bangga. Ada saatnya kami lelah dengan belajar. Bukan, bukan lelah. Kami butuh penyegar agar belajar kami bisa lebih baik. Tidak sekali kami menonton film bersama, menari, berebut komputer, berhayal ruang kelas menjadi tempat hiburan yang melebihi Disney Land. Kegiatan yang menurut orang hanya orang gak tau malu yang melakukannya, kami lakukan. Bukan untuk mencari popularitas, hanya untuk penyegar. Bergosip, tidur sekamar cuma untuk main kartu, menyanyi, mengintip orang yang disuka lewat kaca. Bolehkah kami sebut penyegar juga? :)

Pelan-pelan, tiba waktu kami berpisah. 21 karakter berbeda, si rajin, si malas, si ceria, si serius, si genit, si kasar dan si si si yang lainnya, harus berpisah. Kelulusan harus dengan rasa bangga. Harus tegakkan kepala walaupun kami tidak ingin berpisah. Tapi kami tau, kami harus melangkah maju. Melangkah membawa pelajaran dari kesan pertama. Melangkah dengan keyakinan. Sambil berkata , "Hey lihat inilah pembuktian kami. Terima kasih membuat kami kuat. Terima kasih untuk pembelajarannya". Berpisah bukan berarti terpisah. Kami berpisah untuk maju, untuk menjadi lebih baik. Tanpa menghilangkan kata pertama, kami berlari mencapai masa depan. Masa depan dari profesi yang kelak kami tekuni. Izinkan saya mengutip kata dari mbak Dee, "Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?". Kami berpisah, Kami membuat jarak agar hidup kami bermakna.

Hampir 4 tahun atau mungkin lebih lama lagi kami berpisah. Ya, kami berpisah tapi kekuatan pertama membuat kami bersama. Mungkin mereka tidak tau kekuatan pertama yang kami rasakan. Tapi Kami akan terus memegang kekuatan tersebut. Sampai keturunan kami kelak merasakan kekuatan tersebut. Sampai zaman akan musnah nanti. Kekuatan dari kata pertama akan kami ingat, kami pegang, kami yakini. Pembuktian belum selesai sampai sini. Kami masih melangkah maju.


*Makasih untuk nui atas rekomendasi drama koreanya :)

5 komentar:

  1. wiih keren photonya :D
    sayang gak ada akunya :(

    BalasHapus
  2. Keren ara :') langsung ter-flashback :')

    BalasHapus
  3. I always cry cry cry again when i think about us... sesuatu yang gak akan pernah tergantikan.. sahabat seperti kalian....

    BalasHapus
  4. bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
    tetap berpegang tangan, saling berpelukan
    berikan senyuman tuk sebuah perpisahan!
    kenanglah sahabat... kita untuk slamanya!

    BalasHapus